
Ki Bagus Marwoto, salah satu dalang ternama di Banyumas telah tutup usia. Dan saya baru pertama kali menonton langsung pentas beliau ini sekitar tahun 2013 sewaktu acara sedekah bumi di Karangtalun, Cilacap Utara. Waktu itu mengambil lakon Wahyu Pulunggono.
Seperti apakah kisah ini, simak sinopsis berikut:
Jejer Negara Astina, Duryudana dihadap Patih Sengkuni, Pandita Durna, Prabu Karna dan Kartamarma. Seperti biasa membahas masalah Negara Astina, kondisinya aman aman saja. Namun ternyata sang Raja, sedang menyimpan kegalauan yang begitu besar. Duryudana merasa tidak punya kekuatan menghadapi Baratayuda. Pandawa adalah jagoan Dewa, segala senjata dan kesaktian ada di sana. Sementara Kurawa hanya hura-hura, bersenang-senang menikmati dunia. Jelas Kurawa akan kalah dengan keadaan ini.
Pandita Durna seperti biasa tak kurang akal. Pendita yang cacat namun sakti dan siswanya banyak ini punya solusi tentang masalah ini. Seperti biasa dia mengajukan muridnya yang biasanya sakti-sakti.
Kali ini Durna menceritakan jaman Pandawa muda, ketika Bratasena bertemu dengan Raja Kanibal dari Negara Ekacakra, Prabu Baka. Bratasena rencana dijadikan santapan untuk Prabu Baka, namun yang terjadi malah Prabu Baka tewas ditangan Bratasena. Nah Prabu Baka ini mempunyai seorang anak beranama Dorandana Dewa. Dia sekarang mewarisi kerajaan Ekacakra. Raja ini sangat sakti dan telah diunang ke Astina untuk menghancurkan Pandawa.
Prabu Dorandana Dewa yang gagah tinggi besar hadir di pasewakan Astina dan mendapat amanat untuk melenyapkan Pandawa sebelum Baratayuda dimulai. Membawa serta ribuan pasukan raksasa, disertai Durna dan para Kurawa, Dorandana Dewa berniat menyerbu Negara Ngamarta. Tujuan pertama jelas membalas dendam kematian ayahnya, sekalian saja membantu Kurawa.
Sementara itu, Negara Amarta sedang berkurang kekuatannya, Werkudara menghilang entah kemana. Untuk berjaga-jaga, Anoman dan putra-putra Pandawa yaitu Antareja, Antasena serta Gatotkaca menjaga tapal batas negara.
Tak lama bala raksasa dari Ekacakra masuk tapal batas Amarta. Anoman dan anak-anak Pandawa segera bergerak menghalau mereka. Anoman dengan mudah bisa melumpuhkan sebagaian pasukan.
Di sisi lain Antareja dan Antasena berbagi tugas yang sama, bagian pasukan yang lain juga bisa disingkirkan. Melihat anak buahnya terdesak, Prabu Dorandana Dewa segera maju. Dia merapal mantra untuk menggunakan senjata andalannya, Siung Braja. Senjata berupa taring yang muncul memanjang jika dirapal mantra ini sangat sakti. Makhluk hidup yang terkena akan hangus menjadi arang. Taring ini sakti karena disusupi oleh roh Godayitma.
Antareja berhadapan dengan Dorandana Dewa, dia mudah mengalahkannya, sampai Siung Braja dikeluarkan, Antareja lengah dan terkena, jadilah Arang. Antasena datang dan menyerang, namun nasibnya sama dengan kakaknya, diapun berubah menjadi arang.
Anoman segera mencari aman, dan bertemulah dia dengan Kresna yang sedang memberi patuah ke Gatotkaca agar lebih berhati-hati. Anoman melapor kepada Kresna apa yang telah terjadi. Kemudian Gatotkaca diperintahkan untuk menghadapi Raja Ekacakra.
Sama dengan kakak dan adiknya, sebenarnya Gatotkaca mudah mengalahkan Dorandana Dewa.
Namun ketik terlena, terkenalah Gatot dengan siung Braja milih Dorandana Dewa. Diapun berubah menjadi arang.
Berhasil melumpuhkan tapal batas Astina, Prajurit Ekacakra segera menuju Amarta. Tentunya dengan membuat kerusakand dan keonaran sepanjang jalan.
Sementara itu di kaki gunung Jamurdipa, Bratasenda tampak sedang bertapa dengan khusuk beberapa lama, meminta nugraha dari Tuhan. Sang Hyang Wenang kemudian turun dari Kahyangan untuk membangunkan tapa sang Bima.
Kemudian Bima mendapatkan Wahyu Pulunggana yang intinya untuk menciptakan kedamaian dunia. Setelahnya Werkudara disuruh kembali ke negaranya. Di perjalanan Kresna mencegat dan menceritakan apa yang terjadi selama Bima pergi. Kresna kemudian memerintahkan Bratasena untuk menghadapi musuh yang memang mencarinya.
Bima kemudian menyembuhkan ketiga anaknya dengan khasiat dari Wahyu Pulunggana. Kemudian Bima berhadapan dengan Dorandana Dewa. Terjadilah pertarungan sengit, dan dengan mudah Raja Ekacakra dilumpuhkan. Karena masih segar dalam bertapa, kesaktian Bima meningkat. Walau terkena Siung Braja, Werkudara tidak apa-apa namun hanya terdesak
Melihat hal itu Kresna yang bisa membaca keadaan memerintahkan Anoman untuk maju. Menghadapi Anoman, Dorandana Dewa dengan Siung Brajanya merasa berjaya. Namun roh Godayitma yang ada di dalamnya justru tidak berdaya jika bertemu dengan Sang Kera Putih. Siang Braja dihancurkan Anoman, Godayitma lari kembali ke tempat asalnya. Tanpa Siung Braja, raja Ekacakra bukan apa-apa. Dia dan pasukannya berhasil disingkirkan Bima
Tayungan
Tancep Kayon
Leave a Reply