
Lanjut berkreasi secara digital, walau tetap standar. Kali beberapa kreasi trah Jodhipati
ANTASENA RAPEK
Oleh penyorek awalnya disebut sebagai Antasena tapi kain rapek, namun tanpa keris. Kalo disebut Antasena bisa juga, namun sangat mungkin untuk paraga lain. Karena jik antasena dibuat lain daripada bentuk baku (baik versi jogja maupun Solo) umumnya harus punya ciri khusus yang tidak dimiliki paraga lain, biasanya insang.

Antareja dengan kumis, bludren Kartasuran.

Raden Bimawan, salah satu anak Bima dari ibu bernama Endang Sumekar (informasi wayang gagrag Klatenan). Mengambil bentuk dasar kain Antasena gaya Jogja, postur dan muka antasena gaya Solo namun dengan irah irahan kepala yang berbeda.
Raden Sarwaga adalah putra Wrekudara dengan Dewi Balandari, putri Prabu Balandara dari negeri Kasipura. Menurut Kitab Pustakaraja Purwa Jilid V


Pancasena, salah satu anak wekudara dengan Dewi Sri Gianti (informasi wayang gagrag banyumasan)
Srenggini adalah anak Bima dengan dewi Rekathawati, putri hyang Rekathatama, dewa kepiting. Digambarkan umumnya bercapit, kali ini dikreasikan capitnya tidak menjulang keluar, namun masih di dalam pogog, jadi secara estetis tidak menyerupai monster.
Masih Srenggini, namun tanpa capit, digantikan rajah/tatoo di dada berbentuk kepiting
Masih srenggini, ber rajah, namun bermuka hitam
SRENGGINI RATU
Srambahan, namun lebih diarahkan untuk raja-raja samaran. Namun secara khusus dibuat untuk Srenggini jadi Raja seperti lakon Srenggini Murca. Mengambil bentuk dasara Srenggini di atas, namun dengan pakaian raja.
Brajasena, salah satu anak werkudara yang muncul di jaman parikesit. Atau sanggit lain mengatakan ini adalah Suryakirana, merupakan anak Gathutkaca dari kama yang menetes ketika dia memboyong Siti Sundari ke Wiratha, yang dibesarkan Antaboga.
Madusegara, ari ari Gatotkaca yang dirawat dewa jadi manusia. inspirasi kreasi dari video Ki Sugino Siswocarito, lakon Madusegara takon Rama
Danurwenda adalah anak Antareja
ANTASENA BANYUMASAN
Antasena Banyumasan, karya pak Sunyoto BS dan tim. gambar aslinya ada bedhahan atau roman muka dan pundak yang cenderung agak terlihat bodoh. Diedit agar terlihat lebih gagah, lugas, walau tetep tampak ndugal.
Terkait
- Wayang Kreasi Digital (47) Wayang Rai Bagong
- Wayang Kreasi Digital (45)
- Wayang Kreasi Digital (44) – Bokongan Lemu
- Wayang Kreasi Digital (43) – Putra Ngalengka
- Wayang Kreasi Digital (42) – Bukan Grafis
- Wayang Kreasi Digital (39) Katongan – Bambangan
- Wayang Kreasi Digital (38) Grafis karya : Apryan
- Wayang Kreasi Digital (37) Kliping Wayang Jaman Bocah
- Bagian-Bagian Tubuh Dan Pakaian Wayang
- Wayang Kreasi Digital (36)
- Wayang Kreasi Digital (35) – Inspirasi Dari Wayang Ki Sugino Siswocarito
- Wayang Kreasi Digital (34)
- Wayang Kreasi Digital (33)
- Wayang Kreasi Digital (31)
- Wayang Kreasi Digital (32)
- Wayang Kreasi Digital (30)
- Wayang Kreasi Digital (29) – Bokongan Lanyap
- Wayang Kreasi Digital (28) – Prengesan
- Wayang Kreasi Digital (27)
- Wayang Kreasi Digital (26)
- Wayang Kreasi Digital (25)
- Wayang Kreasi Digital (24)
- Wayang Kreasi Digital (23)
- Wayang Kreasi Digital (22) – Wayang Mirip Gatotkaca
- Wayang Kreasi Digital (21) – Bambangan (2)
- Wayang Kreasi Digital (20) – Ratu Buta
- Wayang Kreasi Digital (19) – Bambangan
- Wayang Kreasi Digital (18) – Katongan Jangkah
- Wayang Kreasi Digital (17) – Katongan Bokongan Luruh
- Wayang Kreasi Digital (16) – Inspirasi Wayang Ki Tarjono
- Wayang Kreasi Digital (15) – Dewa
- Wayang Kreasi Digital (14) – Wayang Sembada
- Wayang Kreasi Digital (13)
- Putra-putra Arjuna (Revisi)
- Wayang Kreasi Digital (12) – Gagahan Anak Bima
- Wayang Kreasi Digital (11) – Bala Maespati
- Wayang Kreasi Digital (10)
- Wayang Kreasi Digital (9)
- Wayang Kreasi Digital (8)
- Wayang Karya Sindung Tjahyadi
- Wayang Kreasi Digital (7)
- Wayang-wayang Karya Sagio
- Wayang Kreasi Digital (6) – Wayang Blak Werkudara
- Wayang Kreasi Digital (5)
- Wayang Kreasi Digital (4)
Leave a Reply