Wayang Kreasi Digital (37) Kliping Wayang Jaman Bocah

Pulang ke rumah orang tua di desa, saya menemukan selembar kertas yang dulu merupakan kliping wayang ketika saya berumur sekitar 10 tahun (kelas 5, 6 SD), yang diambil dari majalah, buku atau koran. Kalo sekarang itu sama saja mengumpulkan foto wayang di galery ponsel.

Dan sayangnya cuma selembar, padahal seingat saya dulu banyak sekali gambar wayang yang ditempel. Kenapa tidak disimpan? Ya namanya juga anak kecil di desa, belum konsisten kesenangannya. Apalagi setelah jaman SMP saya sekolah di kota dimana fotocopy mudah dijangkau, saya mengumpulkan fotocopy gambar wayang dari buku-buku perpustakaan, dengan ukuran yang lebih besar, kliping ini terabaikan. Tapi syukur masih ada selembar, dan kebetulan tokoh wayang yang ada di kliping ternyata banyak yang sampai sekarang saya tidak punya gambarnya (kecuali untuk Ganesya/Batara Gana dan Gunungan Blumbangan)

Akhirnya saya scan dan saya perbaiki satu-persatu, lalu saya namai sesuai di Kliping

Prabu Jayabaya

Wayang Prabu Jayabaya ini saya kurang ingat dari majalah apa, yang jelas majalah berbahasa jawa tapi bukan Panjebar Semangat. Prabu Jayabaya adalah Wayang Madya yang merupakan Raja di Kediri.

Prabu Godhakumara

Wayang ini saya ambil dari Kalawarti Panjebar Semangat. Prabu Godhakumara atau Godhayitma adalah arwah Dasamuka yang bergentayangan. Wayang ini kalo jaman sekarang umum disebut Boma Ncik. Penjelasannya adalah sebagai berikut, dari sumber terpercaya, Ncik di Solo itu artinya keturunan Arab. Keturunan Arab ini biasanya tinggi besar dan hidungnya mancung. Wayang yang disebut Boma Ncik itu punya ciri tinggi besar dan berhidung mancung.

Menilik dari wayang di atas, itu jelas merupakan wayang editan. Bedanya editan jaman dulu itu menggunakan teknik potong dan tempel dengan lem secara manual. Bentuk aslinya adalah wayang Baladewa karya Kasidi, kemudian diganti mukanya, epek-epek tangannya, perutnya dibikin sedikit gendut plus tambah rambut ore, jadilah tokoh baru, kreatif juga. Teknik potong tempel ini menginspirasi saya membuat beberapa wayang  yang belum punya gambarnya.

Prabu Janaka

Di Sumber aslinya yaitu Panjebar Semangat, wayang ini disebut Prabu Janaka. Raja di Mantili, ayah dewi Sinta alias mertua Ramawijaya. Kalo menurut buku wayang Harjowirogo, bentuk wayang di atas lebih tepat sebagai Sri Mahapunggung.

Wayang diatas juga wayang editan versi potong tempel. Bentuk badannya adalah Baladewa karya Kasidi yang ditempel dengan muka Permadi karya R. Soelardi, jadilah tokoh baru.

Prabu Rengganisura

Di Majalah Panjebar Semangat, wayang ini dinamai Prabu Rengganisura, dan saya lupa siapakah dia. Wayang ini sepertinya bisa juga digunakan sebagai Prahastha atau Kalakarna, atau bebas.

 

Pandita atau Dewa Yaksa

Wayang Pandita atau dewa Yaksa ini barangkali Bagaspati atau Batara Kala

Prabu Pandhu Pergola

Wayang ini saya ambil dari buku bacaan basa jawa untuk anak SD kelas bawah. Dimana kondisi bukunya sudah terserai berai, akhirnya saya potong wayang yang ini. Di buku tersebut wayang katongan gelung gembel ini dinamai sebagai Pandu Pergola. Yang merupakan ratu yang dikalahkan Gareng atau bisa juga sebagai penyamaran gareng.

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*