Kurawa berumlah 100, namun wujud wayang berjumlah 100 itu tidak banyak yang mencoba menampilkannya. Yang pernah mewujudkan menjadi wayang adalah Ki Begug Purnomosidi dadi Wonogiri dan Museum Wayang Kekayon Yogyakarta

Wujud wayang Kurawa yang keluar sekarang ini tidak banyak. Ada juga yang punya ide membuat wayang-wayang kurawa baik dengan wujud wayang sesungguhnya. Misalnya Ki Begug Punomosidi punya koleksi kurawa 100 dalam bentuk wayang asli, kualitas nomor 1. Ada juga Museum Wayang Kekayon Yogyakarta juga punya koleksi Kurawa 100 versi Yogyakarta namun dengan wujud sedikit diperkecil. Christoper Dewa Wardana membuat coretan versi Museum Wayang Kekayon, kabarnya bahkan telah dibuat dalam bentuk buku, namun sampai sekarang belum diedarkan untuk umum
Karena itulah, setahun yang lalu, muncul ide tercetus untuk mencoba membuat olah digital untuk wayang kurawa berjumlah 100, berbasis wayang yang sudah ada dengan merubah sandangan atau irah-irahannya. Agar sedikit ringan dalam loading halaman, kan ditampilkan dalam beberapa bagian. Untuk bentuk dan penamaan, mengambil dari macam-macam referensi

Kurawa anak pertama yang menjadi Raja Astina. Punya kemampuan Gada yang seimbang dengan Bima, karena sama-sama berguru dengan Baladewa. Pertarungannya juga menjadi penutup perang Baratayuda.

Adipati Banjarjungut, dikenal sebagai orang yang berusaha menarik kain Drupadi ketika Lakon Pendawa Dadu. Kemudian dia tewas secara mengenaskan di tangan Bima dalam perang Baratayuda.

Kurawa yang hampir pasti muncul di jejer Astina, adipati Banyutinalang ini merupakan panglima Astina. Diceritakan dia masih hidup ketika Baratayuda usai, kemudian bersama-sama Aswatama menyusup ke markas Pandawa dalam lakon Aswatama Nglandak. Kemudian dia tewas oleh Bima

Durmagati adalah Kurawa yang berwatak gecul, bercanda, nglawak dan agak bodoh. Dalam perang dia hanya pelangkap karena hampir pasti dikalahkan dengan mudah atau pun mundur terlebih dulu. Kata-katanya lugas dan kadang menyindir dengan telak ke Sengkuni.

Citraksi juga tak ubahnya Durmagati yang berwatak gecul dan penakut.

Citraksa ini juga punya cacat jika ngomong gagap. Jadi bahan lelucon dalang ketika memainkannya.

Dursilawati adalah satu-satunya Kurawa perempuan. Dia menjadi istri Jayadrata yang merupakan salah satu Panglima Astina.


Dengan kesaktiannya, ia berhasil merebut negara Bukasapta, dan mengangkat dirinya menjadi raja bergelar Prabu Gardapati. Adik kesayangannya Gardapura di angkat menjadi raja muda bergelar Prabu Anom Gardapura.

Saat berlangsungnya perang Bharatayuda, Gardapati diangkat menjadi senapati perang Kurawa dengan senapati pendamping Prabu Wresaya. Gardapati tewas dalam peperangan melawan Bima. Tubuhnya hancur dihantam gada Rujakpala.

Kurawa terkemuka yang lain yang menjadi raja sabrang. Akibat terpental dalam peristiwa “Pendawa Traju” yaitu adu berat badan antara keluarga Kurawa melawan keluarga Pandawa. Wresaya terus pergi mengembara. Dengan kesakiannya akhirnya ia berhasil merebut negara Glagahtinalang, dan mengangkat dirirnya sebagai raja begelar Prabu Wresaya.
Saat berlangsungnya perang Bharatayuda, Prabu Wresaya diangkat menjadi senapati perang Kurawa, mendampingi saudara tuanya, Prabu Gardaparti. Akibat siasat Prabu Gardapati, yang memancing Bima bergeser dari tempat kedudukannya ke tempat yang tidak dikenalnya, maka Werkudara terjebak masuk kedalam daerah yang berlumpur bersama-sama dengan Arjuna. Namun pada saat terakhir Bima dapat menyelamatkan diri bersama Arjuna dan Gardapati beserta Wresaya menjadi korban tewas tenggelam dalam lumpur.

Salah satu Kurawa Protagonis

Tokoh ini termasuk sering muncul dalam perang gagal. Sebagai salah seorang Kurawa yang berperang melawan Pandawa atau pasukan sabrang. Dan seperti biasa Surtayu akan kalah. Bentuk wayangnya yang umum mirip Kartamarma namun tanpa praba, diganti rambut ore baik ore lurus atau gimbal. Namun menurut informasi, wayang klasik yang tertulis dan eksis di keraton Solo bentuknya seperti wayang paling Kiri, ada juga yang seperti di tengah.

Sama seperti Surtayu tokoh ini juga cuma muncul ketika perang gagal. Namun ada suatu cerita dia wayang Gagrak Yigyakarta, dalam perang Baratayuda, Surtayuda berperang dan menewaskan Patih Andakawana. Paraganya ada yang seperti di gambar kiri namun lebih umum yang di kanan
Salah satu Kurawa yang muncul di adegan pengeroyokan Kresna dalam lakon Kresna Duta. Dalam perang Baratayuda, Wiwingsati mati melawan Nakula.

Susena juga menurut cerita termasuk Kurawa yang protagonis, tokoh baik
















Bogadenta adalah salah satu Sata Kurawa yang terkemuka dan sakti. Bogadenta memperoleh kesaktian dari Resi Rasakumala, sampai kemudian ia memutuskan untuk meninggalkan Padepokan Colomadu. Saat sampai di Astina, seekor Gajah mengamuk dan mengejar seorang putri. Ia berhasil menolong putri tersebut dan menundukkan sang gajah dengan meloncat ke atas leher, menunggangi dan menekan kepala sang Gajah hingga tak berdaya. Gajah itu kemudian menjadi kendaraan Bogadenta dan diberi nama Murdaningkung, sedang sang putri yang bernama Murdaningsih menjadi srati atau pawang.
Dalam lakon “Pendawa Traju” Sakuni mengadu remaja-remaja Kurawa dan Pandawa untuk ditimbang, pihak yang menang akan mendapat hadiah. Mengetahui kalah jumlahnya, Pandawa kemudian mengajukan syarat agar Kurawa dulu yang naik ke timbangan. Setelah Kurawa naik, Pandawa satu persatu menaiki timbangan. Bima yang mendapat giliran terakhir kemudian dengan sekuat tenaga meloncat ke timbangan. Akibatnya Bogadenta dan beberapa saudaranya terpental hingga ke negara seberang. Atas kesaktian Bogadenta, ia kemudian menaklukkan Turilaya, negara seberang tersebut dan menjadi raja dengan memperistri Dewi Murdiningrum.
Dalam perang Bharatayudha, bersama pasukan dari Turilaya, Bogadenta menjadi panglima perang Kurawa yang berani dan mampu mengobrak-abrik pertahanan Pendawa. Bogadenta bersama gajah Murdaningkung, dan srati Dewi Murdaningsih menjadi pasangan yang menakutkan lawan dan tak terkalahkan. Uniknya, kesaktian mereka terletak pada tetesan air mata. Bila salah satu diantara mereka mati, maka tetesan air mata dari yang lain akan membuat yang mati hidup kembali. Sebuah kesaktian yang tercipta dari kesatuan rasa dan cinta.
Dalam lakon ini Arjuna hampir terjebak rayuan Murdaningsih, namun bisa disadarkan Kresna. Arjuna kemudian berhasil menewaskan Murdaningsih, Gajah Murdaningkung serta Prabu Bogandenta satu persatu, namun jika diantara ketiga ini hidup maka bisa menghidupkan yang lain. Akhirnya dengan saran Kresna, cara menyingkirkan ketiganya adalah dipanah sekaligus bersamaan, dan siasat ini berhasil menewaskan Raja, Gajah dan Sratinya itu.

Raja negara Rujimalawa, termasuk Kurawa yang sakti sehingga bisa menjadi raja Negara sabrang. Ia pandai dalam oleh ketrampilan mempergunakan senjata gada dan lembing. Ia tewas ditangan Bima ketika Perang Baratayudha. Tokoh ini sering muncul di lakon carangan di wayang Banyumasan sebagai sraja sabrang, murid Durna yang membantu keinginan Sang Guru.

Bomawikatha adalah salah seorang Kurawa terkemuka, dia memiliki hubungan yang sangat erat dengan saudaranya yang bernama Wikathaboma. Mereka berdua merupakan saudara tunggal guru dan hidup dalam satu jiwa. Artinya apabila yang satu diantara mereka mati dan dilangkahi saudara yang masih hidup, maka yang mati akan hidup kembali.

Karena kesaktiannya itu, dalam perang Bharatayuda ketika Resi Drona menjadi Senapati Agung Kurawa dengan tata gelar perangnya “Cakraswandana”, Wikathaboma dan Bomawikatha diangkat menjadi senapati pengapit. Sepak terjang mereka sangat menakutkan keluarga Pandawa. Tapi akhirnya Wikataboma dan Bomawikata tewas dalam peperangan melawan Bima. Kepala mereka diadu kumba (saling dibenturkan) hingga hancur, dan keduanya mati secara bersamaan.






Satrunjaya
























Arya Widandini pandai dalam olah ketrampilan mempergunakan senjata gada dan trisula. Dengan kesaktiannya ia berhasil merebut negara Purantara dan mengangkat dirinya menjadi raja bergelar Prabu Windandini.

Adik kesayangannya Naranurwenda diangkat menjadi patih negara Purantara. Pada saat berlangsungnya peran Bharatayuda, Prabu Widandini diangkat sebagai senapati perang Kurawa dan mengerahkan seluruh balatentara negara Purantara ke perang Kurusetra. Prabu Widandini dan Naranurwenda tewas dalam peperangan melawan Arjuna. Dalam Gagrag jogja, Naranurwenda adalah adik sekaligus besan Duryudana. Dia punya anak Dewi Nurwandini yang menjadi istri Sarojakesuma/Lesmana Mandarakumara



Swikerna dan Swikandhini, muncul menjadi musuh Nakula Sadewa menjelang Salya gugur


















Merupakan kurawa protagonis

Versi lain menyebutkan dia adalah Kurawa yang mengidolakan Bima sehingga meniru beberapa dandanannya. Inspirasi dari wayang Jogja, menurut sanggit Ki Manteb namanya Jayasusena,














- Wayang Kreasi Digital (47) Wayang Rai Bagong
- Wayang Kreasi Digital (45)
- Wayang Kreasi Digital (44) – Bokongan Lemu
- Wayang Kreasi Digital (43) – Putra Ngalengka
- Wayang Kreasi Digital (42) – Bukan Grafis
- Wayang Kreasi Digital (39) Katongan – Bambangan
- Wayang Kreasi Digital (38) Grafis karya : Apryan
- Wayang Kreasi Digital (37) Kliping Wayang Jaman Bocah
- Bagian-Bagian Tubuh Dan Pakaian Wayang
- Wayang Kreasi Digital (36)
- Wayang Kreasi Digital (35) – Inspirasi Dari Wayang Ki Sugino Siswocarito
- Wayang Kreasi Digital (34)
- Wayang Kreasi Digital (33)
- Wayang Kreasi Digital (31)
- Wayang Kreasi Digital (32)
- Wayang Kreasi Digital (30)
- Wayang Kreasi Digital (29) – Bokongan Lanyap
- Wayang Kreasi Digital (28) – Prengesan
- Wayang Kreasi Digital (27)
- Wayang Kreasi Digital (26)